Ibnu Sina sosok pundamental dalam banyak hal, Ibnu Sina merupakan salah satu Tokoh Islam Dunia, diantara para filosof muslim, ibnu sina tidak hanya Pundamental saja, tapi ibnu sina
juga memperoleh penghargaan tinggi hingga masa modern. ibnu sina adalah
satu-satunya filosof besar Islam kemudian berhasil membangun sistem
filsafat lengkap dan terperinci, suatu sistem kemudian mendominasi
tradisi filsafat muslim beberapa abad. makalah ini membahas secara rinci
tentang biografi ibnu sina. Makalah ini tidak saja membahas tentang Biografi Ibnu sina saja, akan tetapi membahas tentang pendidikan ibnu sina, karya-karya ibnu sina, Metode ilmiah ibnu sina dan lainnya.
a. Pendahuluan
Ide ide cemerlang gagasan ibnu sina memberikan kontribusi cukup baik bagi semua kalangan ilmuan, baik dari ilmuan Muslim maupun non Muslim. Kepopuleran ibnu sina sudah tidak diragukan lagi, terkhusus dari penemuan ibnu sina di bidang kedokteran, hal tersebut dapat dilihat dari karyanya yang sangat popular yaitu Kitab Qanun fi al-Thib serta banyak memberikan konstribusi dalam bidang ilmu kedokteran. |
B. Biografi intelektual Ibnu Sina
Biografi Ibnu sina |
Ayah ibnu sina bernama Abdullah dari Balkh merupakan seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khurasan, pada saat kelahiran putranya yaitu ibnu sina, ayah ibnu sina menjabat sebagai gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh Ibnu Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (Persia). Ibu ibnu sina/ bernama Satarah berasal dari daerah Afshana.[5]
Nama ibnu sina semakin terkenal ketika ibnu sina mampu menyembuhkan penyakit Raja Bukhara bernama Nuh ibn Manshur, saat itu umur ibnu sina baru 17 tahun. Sebagai penghargaan, raja meminta ibnu sina menetap di Istana selama sang raja dalam proses penyembuhan. Namun ibnu sina menolaknya dengan halus, sebagai imbalannya beliau (ibnu sina) hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan terdapat didalamnya buku-buku, buku tersebut sulit didapatkan.
Hal itu dimanfaatkan ibnu sina untuk membaca, mencari berbagai referensi dasar untuk menambah ilmunya agar lebih luas berkembang.[6] Kemampuan ibnu sina dengan cepat menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan membuatnya menguasai berbagai materi intelektual dari perpustakaan kerajaan. Karena kejeniusannya itu, ibnu sina mendapatkan gelar ilmiah, diantaranya Syaikh Ra`is serta Galenos Arab. Gelar tersebut diraih oleh ibnu sina ketika umurnya masih remaja.[7]
Setelah ayah ibnu sina meninggal saat beliau/ibnu sina berusia 22 tahun, beliau (ibnu sina) hijrah ke Jurjan, suatu kota di dekat laut kaspia, di sanalah ia (ibnu sina) mulai menulis ensiklopedianya tentang ilmu kedokteran kemudian terkenal dengan nama al-Qanun fi al-tibb (the Qanun). Kemudian ibnu sina pindah ke Ray, kota di sebelah Taheran, selanjutnya /ibnu sina bekerja kepada Ratu Sayyedah dan anaknya Majd al-Dawlah. Kemudian Sultan Syams al-Dawlah penguasa di Hamdan (di bahagian Barat dari Iran) mengangkat ibnu sina menjadi Menterinya. Kemudian ibnu sina Hijrah ke Isfahan, ibnu sina meninggal dunia sebab sakit yang diderita ibnu sina yaitu penyakit disentri pada pada tahun 428 Hijrah bersamaan dengan tahun 103 Masehi di Hamazan ( sekarang wilayah Iran).[8]
Pendidikan Ibnu Sina
Ibnu Sina
memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya,
Bukhara. Pengetahuan yang pertama kali yang dia pelajari adalah membaca
al-Qur’an, setelah itu ia melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama
Islam seperti Tafsir, Fiqih, Ushuluddin dan lain sebagainya, berkat
ketekunan dan kecerdasannya, beliau berhasil menghapal al-Quran dan
menguasai berbagai cabang ilmu-ilmu agama tersebut pada usia yang belum
genap sepuluh tahun. Dalam bidang Pendidikan lain, beliau juga
mempelajari beberapa disiplin ilmu diantaranya Matematika, logika,
fisika, kedokteran, Astronomi, Hukum, dan sebagainya.
Dengan kecerdasan yang beliau miliki, beliau banyak mempelajari
filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup mengagumkan ini
menunjukkan bahwa ketinggian otodidaknya, namun pada saat ia menyelami
ilmu metafisika nya Arisstoteles, beliau mengalami kesulitan kendati
sudah berulang-ulang membacanya bahkan beliau menghafalnya, tetap saja
beliau belum dapat memahami isinya. setelah ia membaca karya Al-Farabi
dalam buku risalahnya, barulah Ibnu Sina dapat memahami ilmu metafisika
dengan baik. Secara tidak langsung Ibnu Sina telah berguru kepada
al-Farabi, bahkan dalam otobiografinya disebutkan mengenai utang budinya
kepada Al-Farabi.
Pada usia 16 tahun beliau mulai dikenal sebagai ahli pengobatan, dan
sudah benar-benar dikenal pada saat beliau berumur 17 tahun dengan
pembuktian bahwa beliau telah berhasil menyembuhkan penyakit yang
diderita sultan Samani Nuh Ibn Mansur. Untuk menambah ilmunya, beliau
juga banyak menghabiskan sebahagian waktunya dengan membaca serta
membahas buku-buku yang beliau anggap penting di perpustakaan kerajaan
Nuh ibnu Manshur yang bernama kutub Khana, di sinilah beliau melepaskan
dahaga belajarnya siang malam sehingga semua ilmu pengetahuan dapat
dikuasainya dengan baik.
D. Guru-Guru Ibnu Sina
Di samping belajar secara otodidak, Ibnu Sina juga menyerap berbagai ilmu dari beberapa orang Guru, antara lain Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Barqi al-Khawarizmi untuk ilmu bahasa, Ismail al-Zahid untuk ilmu fiqih, Abu Sahl al-Masihi serta Abu Manshur al-Hasan bin Nuh untuk ilmu kedokteran. Beliau/ibnu sina juga belajar Aritmatika dari `Ali Natili seorang sufi ismaili berkebangsaaan India.
2 komentar:
Jossss
Jossss
Posting Komentar