BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat
yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi
tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Antropologi;
2. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi;
3. Ilmu-ilmu bagian dari antropologi;
4. Konsep Dasar Antropologi
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian Antropologi
2. Dapat mengetahui tentang fase-fase perkembangan ilmu Antropologi;
3. Dapat mengetahui ilmu-ilmu bagian dari Antropologi
4. Untuk memenuhi tugas Pendidikan IPS.
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami pengertian dari Antropologi dan hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu-ilmu Antropologi.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan
logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat
suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi
lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal,
tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Para ahli
mendefinisikan antropologi sebagai berikut :
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan
yang dihasilkan.
2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.
B. Fase – Fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru.
Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu
yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi
karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat
itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan
dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain
Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini,
Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di
benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka
membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti
serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha
mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk
itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk
kepentingan pemerintah kolonial.
4. Fase keempat ( setelah tahun 1930’an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat.
Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai
hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula
terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian
besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu
menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak
berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan.
Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang
telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi
tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga
kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami,
Flam dan Lapp.
C. Ilmu-Ilmu Bagian Dari Antropologi
1. Paleo-antropologi
2. Antropologi fisik
3. Etnolinguistik
4. Prehistori
5. Etnologi
Paleo-antropologi dan antropologi fisik disebut antropologi fisik dalam arti luas.
Etnolinguistik, prehistori dan etnologi disebut antropologi budaya.
D. Konsep Dasar Antropologi
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat
atau manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah
satu aspek yang bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan
kemajuannya adalah kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah,
bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau
buddhi itu berasal dari bahasa sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan
itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau
akal.
Mengenai kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan :
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan
secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua
kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya
meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan,
moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan meliputi juga peralatan
material atau artefak yang merupakan penjelmaam kemampuan budaya yang
menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan,
senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada
kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa,
tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal
yang merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia.
Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang
bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep
tadi, tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada
kehidupan manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan
diketengahkan kembali secara lebih lengkap.
Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1. Kebudayaan
2. Tradisi
3. Pengetahuan
4. Ilmu
5. Teknologi
6. Norma
7. Lembaga
8. Seni
9. Bahasa
10. Lambang
Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan yang terpolakan secara budaya
dimasyarakat. Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena
telah berlangsung secara turun-temurun, sukar untuk terlepas dari
masyarakat. Namun demikian, karena pengaruh komunikasi dan informasi
yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami
pergeseran. Paling tidak berubah bila dibandingkan dengan maksud semula
dalam konteks budaya masa lampau. Tata upacara tertentu di masyarakat
yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada saat ini tata upacara itu
masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai suatu bentuk ritual,
melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan silaturrahmi, bahkan
hanya sebagai hiburan.
Dalam lingkup antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan
teknologi merupakan konsep dasar yang terkait dengan budaya belajar.
Tiga konsep dasartersebut saat ini biasa dijadikan satu sebagai IPTEK.
Penyatuan tiga konsep tersebut sangat beralasan, karena ketiganya sangat
srat satu sama lain. jika pengetahuan merupakan kumulasi dari
pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui, sedangkan ilmu merupakan
pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun) yang berkarakter
tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang
dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta
diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih
acak. Adapun penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember
daya bagi kepentingan manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan
mengetahui kondisi tiap kelompok masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan
dan kemampuan IPTEKnya, kita semua akan mampu memahami dan menghargai
keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan dimanapun.
Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan
budaya adlah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya ,
namun demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran
manusia sebagai anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik dan
buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan
sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang mengatur , membatasi,
dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan
orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua , di katakana
bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai. Dalam tindakan, perilaku
dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan
aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai
dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah
pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan
santun, pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan,
industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang
luas. Bahsa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian
kalimat tertulis atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh
dari pada hanya sekedar rangkaian kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep,
meliputi pengertian sebagai bahasa anak, remaja, bahasa orang dewasa,
bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan nialai bahasa sebagai suatu
konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat mengungkapkan perasaan,
fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain. Bahasa merupakn
alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih
sejahtera. Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
Konsep dasar antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar.
Sesungguhnya, bahasa itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di
mana ungkapan bahasa mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin
bahwa bahasa menjadi lambang bagi suatu bangsa. Hal tersebut dapat di
tafsirkan bahwa bangsa yang bahasa dan tutur katanya baik, mencerminkan
bahwa bngsa tersebut juga termasuk bangsa yang baik. Lambang-lambang
selanjutnya seperti, bendera bagi suatu bangsa, tanda pangkat dan tanda
jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi suatu kelompok masyarakat
atau bangsa. Semua itu mempunyai makna masing-masing. Contoh mengenai
tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada terbuat dari
napa tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan, kewibawaan,
kehormatan atau penghargaan. Demikianlah makna lambang dalam kehidupan
berbudaya dan bermasyarakat.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata-kata kunci dalam pembahasan antropologi, sebagai landasan kunci
dalam kehidupan berbudaya serta bermasyarakat adalah konsep-konsep dasar
yang telah dijelaskan di atas, yang mana meliputi ciri-ciri dari suatu
kebudayaan yang bermakna di dalam pola kehidupan masyarakat manusia
seperti tradisi, pengetahuan, lembaga, seni, bahasa, lambang dan
lain-lain yang mencerminkan suatu kebudayaan tersebut. Untuk mempelajari
dan mengembangkan suatu kebudayaan ada hal yang menonjol pada jenis
manusia yaitu, budaya belajar, yang membawa kemajuan yang sangat pesat
pada diri manusia. Budaya belajar, menjadi landasan pelaksanaan
pendidikan yang membawa kemajuan manusia dengan segala aspek serta unsur
kebudayaan bahkan melalui pendidikan ini, segala sesuatu yang melekat
pada diri manusia yang menjadi konsep dasar antropologi itu juga
mengalami pergeseran. Misal adanya pergeseran tradisi, nilai, norma dan
kelembagaan. Yang selanjutnya juga berdampak pada perkembangan dan
kemajuan pengetahuan, ilmu dan teknologi, bahkan juga terjadi pengaruh
sebaliknya.
Daftar Pustaka
- Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
- Sumaatmadja Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
0 komentar:
Posting Komentar